Pages

Minggu, 30 Oktober 2011

Menggoda, Digoda, Tergoda


Sekalipun manusia menginginkan kehidupan yang humanis, makmur, dan sentosa namun ternyata kenyataan yang kita dapati berbalik 180 derajat. Barangkali sejak manusia mengenal peradaban, panggung dunia dan sejarah manusia itu lebih banyak diwarnai keburukan, ketidakmajuan, ketimbang kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan. ternyata begitu sulit, sangat sulit untuk mewujudkan dunia sebagaimana yang dicita-citakan manusia secara universal.

Lalu apa yang sebenarnya membuat manusia banyak melakukan dosa, bergelimang kesalahan, ketimbang melakukan kebaikan, dan bersahabat dengan kebenaran. Apakah kita sudah kehilangan kendali dalam hidup ini sehingga begitu mudah nya kita berbuat kejahatan, ataukah kita sudah menggolongkan diri kita menjadi seorang atheis, yang bebas aturan, ataukah karena komposisi setan itu lebih banyak dalam diri kita sehingga mengalahkan malaikat yang mungkin jumlahnya lebih sedikit?
Mungkin saja jawabnya, karena kita sering tergoda, atau bahkan menggoda dan digoda. 

Sudah mutlak jika manusia hingga ajal menjemput pun akan dihadapkan pada godaan-godaan, sehingga terjerumus dalam kekalahan, kalah melawan setan-setan. Sebagai kaum beriman tentu kita percaya akan alam ghaib berserta rahasianya itu. Setan dan Malaikat, Surga dan Neraka. Mengapa kita harus percaya, sebab disadari atau tidak diri kita adalah milik Tuhan. Kita tidak berkuasa menahan diri kita untuk tidak mati, tua, dan lemah bukan. Kalau begitu kita hanya dititipi kehidupan ini. Kita tidak benar-benar memiliki kehidupan ini. This is just for temporary.

Terserah jika kita tidak percaya pada analogi setan-malaikat atau Surga dan neraka. Sebab pada dasarnya, kita mampu untuk memilih di dunia ini dan diberikan pilihan yang banyak. Itulah mengapa kita tidak bisa leluasa berbuat karena diancam neraka, dan bagi yang bersusah payah akan diganjar surga. Hidup sebuah pilihan. Ketika godaan datang kepada kita, kita sangat berkuasa untuk meninggalkan godaan itu, atau justru memilih berkompromi dengan godaan itu.

Yang menjadi pertanyaan adalah, Setan-malaikat, Surga-Neraka adalah hal yang metafisis, sesuatu yang hanya mampu kita yakini dan seberapa baik keyakinan kita. Sampai mati pun manusia tidak akan mampu menembus realitas gaib, dan kekuatan-kekuatan transendental itu tidak akan pernah bisa dibuktikan secara empiris oleh Lulusan S5 pun. Jadi itulah kesimpulanya mengapa kita gampang terjerumus kepada godaan-godaan dalam kehidupan ini takkala iman kita akan kebenaran dan keburukan melemah.

Wajar jika akhirnya realitas dunia adalah in majority adalah realitas jahiliyah, keserakahan, dan kebinatangan dibanding realitas kemalaikatan. Karena Surga dan Neraka adalah hal yang abstrak dan imagine, dibanding dengan tubuh indah wanita, atau uang 1 milyar dalam koper. Jika begitu tinggal berpulang kepada kita, kembali kepada keimanan kita. Kalau kita tidak mempercayai surga dan neraka, tentu tidak penting lagi untuk kita beragama dan mengendalikan diri kita. Karena keimanan adalah bagian dari beragama. Karena sejatinya diri kita diciptakan dengan sebuah tujuan yang maha mulia, be a caliphate, not just than more an animal.

So, what’s our choice, apakah kita memilih menggoda, digoda, atau tergoda?


Selasa, 11 Oktober 2011

Menulis Adalah Proses Bernalar

Menulis merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan kita, kita bisa menulis apa saja baik itu formal maupun informal. Contoh tulisan formal adalah puisi, cerpen, karangan, dan lain-lain. Contoh dari tulisan informal adalah menulis surat untuk teman atau keluarga, menulis cerita pribadi (diary), dan lain-lain.
Banyak sekali manfaat dari menulis, salah satunya adalah mengembangkan proses bernalar. Menulis membutuhkan energi dan juga pikiran, sehingga perlu kemampuan untuk mengembangkan kata-kata sesuai yang diinginkan. Semakin sering kita menulis maka dapat membiasakan otak kita untuk dapat bernalar dengan baik. Hal itu dapat terjadi karena menulis merupakan proses bernalar, dengan menulis maka kita memaksa otak untuk berpikir.
Jika Anda ingin mempunyai kemampuan bernalar yang baik, menulis adalah cara yang tepat. Pada awalnya memang sulit, untuk permulaan cukup menuliskan satu sampai dua paragraf dengan bahasa sehari-hari. Hal ini bermaksud untuk membuat otak kita dapat beradaptasi karena cara yang paling baik adalah dengan perlahan-lahan, tidak memaksa. Kita menggunakan prinsip “Bisa Karena Biasa”. Setelah itu kita bisa meningkatkan banyak tulisan dengan menulis lebih dari dua paragraf, agar lebih efektif kita bisa menggunakan bahasa formal.
Jika kita terus menerapkan budaya menulis maka sangat mungkin kita bisa mempunyai kemampuan bernalar yang baik. Jadi, mulai menulislah dari sekarang.